Sabtu, 29 Maret 2014

Apakah?

Pernah gak pembaca ngalamin namanya kondisi dimana ada 2 pilihan sulit?yang keduanya sangat penting.
Penulis sering ngalamin itu,ya walaupun gak selalu sih.
Punya hobi musik khususnya tradisional,kadang buat penulis ngalamin hal-hal yang dilematis dan keduanya sangat prinsip.
Contohnya pada waktu ada event mengisi sebuah acara yang waktunya ber-"tabrak"an dengan waktu ibadah,hmm,itu bener-bener bikin pusing.
Suatu posisi yang membingungkan,izin ibadah ntar dibilang gak profesional dan lain sebagainya,tapi kalo gak ibadah dosa.
Memang hal-hal yang berbau entertaint susah disatukan atau paling tidak sinkron dengan ibadah.
Penulis bukan sok suci,tapi memang pengen nurut sama kewajiban sebagai manusia aja.
Fuh,2 hal yang sering jadi dilema.

Senin, 24 Maret 2014

mencuri

kampret,
kata-kata yang pas buat salah seorang teman yang merupakn pegawai di suatu kelurahan dikota penulis.
dia meng update status di salah satu layanan messenger. dan menulis tahun depan liburan lagi. kira-kira seperti it bunyinya. penulis bertanya
'bro,ngabisin anggaran kah?'
'iya bro,kmaren kejawa'
'wow,kayanya negara ini' ujarku
ketika wilayah kelurahannya membutuhkan dana pasti sulit,karena ya it tadi memang ada niat buat berlibur dengan anggaran negara.
tidak tau malu mengambl uang negara yang d amanatkan untuk memajukan daerahnya tapi malah disalahgunakan.

Uang

Gilaa...
Duit a.k.a uang a.k.a money selalu jadi biang. mau itu biang kesenangan ataupun biang kesedihan. berapa banyak OKB di Indonesia yang akhirnya bisa menikmati hal yang dulunya mereka sulit rasakan. misalnya punya kendaraan baru, rumah baru, tanah baru, istri baru (upps..), yang terakhir hanyalah candaan. no offense
Balik lagi ke urusan duit atau uang. aku penulis pernah dengar pepatah yang berbunyi (gimana ya, tulisan kok ada bunyinya?) "uang bukanlah segalanya, tapi semuanya butuh uang." Sebuah pepatah yang dulu sempat populer (kapan ya?). Tapi coba deh dipikir sejenak secara ringan, memang benar sih isi pepatah itu. Sekarang apa yang gratis? Cuma nafas doang yang gratis. Poop sama pipis aja bayar. Dan mereka para "pengusaha" toilet umum gak punya istilahnya HET (harga eceran tertinggi), jadi bisa bervariatif harga toilet di tiap tempat. Tergantung dari seberapa ramainya.
Uang iu pun juga bisa membawa pada kesedihan. Berapa banyak kasus yang terjadi sperti anak yang membunuh ayahnya, ayah yang membunuh anaknya dengan sengaja tapi di setting seperti tidak sengaja hanya untuk bisa mengklaim asuransi. Uang memang sebuah benda yang berfungsi sebagai alat tukar dan memiliki kemilau, padahal kebanyakan uang dibuat gak ada glitternya (apa sih Lim?).

Ahh, sudahlah. Itulah pandangan penulis tentang uang. Mungkin masih banyak pandangan-pandangan yang berbeda dengan penulis tentang apa itu uang dan memaknainya. Uang seperti pisau, yang mana jika berada ditangan seorang koki maka akan menjadi alat yang bermanfaat untuk memotong bahan makanan dan mengolahnya menjadi masakan bermanfaat. Begitu pula jika pisau berada pada tangan pembunuh, maka hanya darah, darah dan darah manusia sajalah yang ada dan selalu menebar kesedihan dan kedukaan.