Selasa, 17 Desember 2013

Sahabat

Kebanyakan orang pasti punya sahabat. Tapi penulis belum pernah merasa punya sahabat. 20 tahun hidup dan hanya sering di kecewakan oleh orang yang penulis sempat sebut "sahabat."
Entah itu pria, wanita, tua, muda semua yang ada dalam pergaulan penulis bukan sahabat. Bahkan hanya seperti debu yang lewat begitu saja. Tak berkesan.
Jadi, sahabat itu ada atau hanya akal pembaca yang menyatakan "dia sahabatku", "dia sohib gue."
Menurut penulis, kata sahabat itu hanya ilusi yang diciptakan akal saja.

Uang

Sebuah kata yang bisa membuat orang berubah. Entah itu pola pikirnya, cara pandangnya, dan lain sebagainya. Termasuk pada keluarga sendiri.
Ada beberapa pengusaha yang baru mulai menjalankan usaha menjadi pelit pada sekelilingnya. Yang dipikir hanya uang untuk modal lah ini lah dan lain sebagainya.
Sampai seakan akan dunia ini cuma modal saja.
Kebetulan penulis baru memulai usaha kecil-kecilan pulsa elektronik. Namun, penulis tidak merasakan hal seperti itu. Ada apa dengan pengusaha muda ini ya?
Oh, mungkin usaha mereka awalnya modal besar, sedangkan penulis maaih modal kecil. Hanya ratuasan ribu rupiah. Sehingga mungkin berharap cepat kembali modalnya.
.
Suatu ketika ada seorang kerabat penulis yang memiliki adik. Sebut saja kerabat itu OB. OB merupakan orang yang baru merintis usaha. Dan suatu.ketika dia.menyuruh adiknya untuk membeli sesuatu di toko langganan OB. Hari sedang hujan yang dibilang deras ataupun gerimis tidak. Hujan yang cukup membasahi lah jika menggunakan motor.
Adiknya ingin membeli.menggunakan mobil keluarga. Namun tidak dizinkan karena alasan HEMAT. Bukan tak mau tapi berhubung adiknya jas hujannya sobek tidak bisa digunakan lagi, maka dia meminjam mobil tadi. Tapi tidak diizinkan. Berangkatlah adiknya menggunalan.motor dengan terpaksa dan akhirnya basah sesampainya drumah.
Sebuah ironi. Kesehatan saudarnya sendiri tidak dihitung. Uang dihitung hanya hemat saja. Padahal logikapun bisa mengatakan bahan bakar bisa dibeli, sedangkan kesehatan?
Ironis.

Sabtu, 14 Desember 2013

Kepercayaan

Pernah gak sih kalian semua merasa pentingnya sebuah kepercayaan?
Kepercayaan itu muncul karena adanya komitmen yang kemudian dilaksanakan tanpa ada pelanggaran pada komitmen itu.
Pernah suatu kali aku jual pulsa elektronik yang kalian pasti tau namanya merintis usaha itu selalu dimulai dengan namanya "modal."
Kebetulan aku ini.hanya mahasiswa yang pastinya punya modal yang secukupnya saja. Sebenarnya akupun tidak ada niatan untuk berjualan pulsa. Nanti saja jika kelar kuliah baru mulai usaha. Tapi ak berpikir itu sebuah alasan uang dibuat2. Oke, tak ada kata nanti dalam memulai usaha. Demikian ak bergumam dengan semamgat. Ditambah lagi dengan dorongan temanku yang menyarankan untuk aku berjualan pulsa. Dia bilang, aku bakal jadi pelanggan tetapmu lim. Wah, sebuah angin segar dimana aku percaya saja dengan kata-katanya itu. Aku mulai jualan pulsa. Memang benar, temanku tadi menjadi pelanggan tetapku karena kebetulan dia boros sekali dengan yang namanya pulsa. Namun, dia jugalah orang yang selalu berhutang dan selalu lama dalam pembayaran. Sekali dua kali aku tidak masalah.namun karena terlalu seringnya akupun semakin tidak percya padanya jika dia membeli pulsa padaku. Dan parahnya, letidak percyaanku merembet kesisi lain pergaulan sehari-hariku dengannya. Aku nyaris tidak bisa mempercayai dia setiap berjanji apapun itu halnya.
Mungkin tidak semua kalian pembaca sama dengan aku dalam memandang arti kepercayaan,
Sebuah kebiasaan kecil yakni menunda dalam pembayaran pulsa saja, yang terbilang remeh bisa membuat kita kehilangan kepercayaan dari orang lain.
Jadi, jagalah jika ada kepercayaan orang lain yang diberikan pada kalian dengam sebaik mungkin.